Korea Utara menyarankan warga negaranya untuk menggunakan hewan peliharaan mereka sebagai sistem peringatan dini untuk bencana alam gempa bumi. Pengumuman ini muncul pasca terjadinya gempa bumi dan gelombang tsunami yang memporakporandakan Jepang.
Bencana alam yang melanda Jepang cukup memberi pelajaran. Pemerintah di seluruh dunia kini berfokus pada penciptaan sistem peringatan dini yang paling efektif untuk melindungi warga dari kemungkinan terburuk bencana alam.
Seperti diketahui, gempa bumi dan gelombang raksasa yang terjadi 11 Maret lalu di Jepang telah memakan lebih dari 18.000 orang korban jiwa.
Meski pemerintah di Pyongyang telah mensosialisasikan agar warga negara terkait teknologi tersebut, media pemerintah tetap mendesak warga untuk memelihara hewan peliharaan. Perilaku aneh hewan peliharaan akan menjadi sistem peringatan dini yang relatif akurat.
Harian Rodong Sinmun edisi Minggu, yaitu surat kabar milik Juche republic atau partai tunggal yang berkuasa di negara komunis itu, memperingatkan bahwa seluruh warga negara harus waspada jika melihat anjing menggonggong tak henti-henti.
Petanda lain adalah ketika sapi menolak untuk makan, atau kuda yang terus berputar-putar. Naluri binatang-binatang tersebut dinilai pemerintah Korea Utara lebih akurat ketimbang sistem peringatan dini lain.
Bukti keandalan perilaku binatang dalam memprediksi bencana gempa memang layak dipertimbangkan. Hal ini terbukti pada bencana tsunami besar sekitar 7 tahun silam. National Geographic melaporkan, saat terjadi bencana tsunami di Samudera Hindia di tahun 2004, banyak spesies yang selamat karena berhasil melarikan diri sebelum bencana.
Ketika itu, dilansir nationalgeographic.com, gajah sontak berlari ke tempat yang lebih tinggi, anjing menolak keluar dari ruangan, dan burung bangau rela meninggalkan dataran rendah tempat mereka biasa berkembang biak demi keselamatan.
"Kepercayaan bahwa binatang liar memiliki indra keenam, bahkan mungkin sebelum manusia ada, telah ada sejak ribuan abad silam," kata majalah tersebut. Diduga frekuensi rendah sinyal elektromagnetik dari perut bumi dapat ditangkap oleh hewan untuk berperilaku tidak biasa sebelum gempa bumi terjadi.
Di samping mengandalkan kepekaan binatang peliharaan, stasiun TV Korea tetap menyiarkan serangkaian program tentang bagaimana cara mengantisipasi bencana gempa. Program tersebut secara detail akan menjelaskan mulai sirine dan lonceng darurat dibunyikan dan mengimbau warga untuk bergerak ke ruang terbuka, seperti taman kota, hingga situasi kondusif.
Bencana alam yang melanda Jepang cukup memberi pelajaran. Pemerintah di seluruh dunia kini berfokus pada penciptaan sistem peringatan dini yang paling efektif untuk melindungi warga dari kemungkinan terburuk bencana alam.
Seperti diketahui, gempa bumi dan gelombang raksasa yang terjadi 11 Maret lalu di Jepang telah memakan lebih dari 18.000 orang korban jiwa.
Meski pemerintah di Pyongyang telah mensosialisasikan agar warga negara terkait teknologi tersebut, media pemerintah tetap mendesak warga untuk memelihara hewan peliharaan. Perilaku aneh hewan peliharaan akan menjadi sistem peringatan dini yang relatif akurat.
Harian Rodong Sinmun edisi Minggu, yaitu surat kabar milik Juche republic atau partai tunggal yang berkuasa di negara komunis itu, memperingatkan bahwa seluruh warga negara harus waspada jika melihat anjing menggonggong tak henti-henti.
Petanda lain adalah ketika sapi menolak untuk makan, atau kuda yang terus berputar-putar. Naluri binatang-binatang tersebut dinilai pemerintah Korea Utara lebih akurat ketimbang sistem peringatan dini lain.
Bukti keandalan perilaku binatang dalam memprediksi bencana gempa memang layak dipertimbangkan. Hal ini terbukti pada bencana tsunami besar sekitar 7 tahun silam. National Geographic melaporkan, saat terjadi bencana tsunami di Samudera Hindia di tahun 2004, banyak spesies yang selamat karena berhasil melarikan diri sebelum bencana.
Ketika itu, dilansir nationalgeographic.com, gajah sontak berlari ke tempat yang lebih tinggi, anjing menolak keluar dari ruangan, dan burung bangau rela meninggalkan dataran rendah tempat mereka biasa berkembang biak demi keselamatan.
"Kepercayaan bahwa binatang liar memiliki indra keenam, bahkan mungkin sebelum manusia ada, telah ada sejak ribuan abad silam," kata majalah tersebut. Diduga frekuensi rendah sinyal elektromagnetik dari perut bumi dapat ditangkap oleh hewan untuk berperilaku tidak biasa sebelum gempa bumi terjadi.
Di samping mengandalkan kepekaan binatang peliharaan, stasiun TV Korea tetap menyiarkan serangkaian program tentang bagaimana cara mengantisipasi bencana gempa. Program tersebut secara detail akan menjelaskan mulai sirine dan lonceng darurat dibunyikan dan mengimbau warga untuk bergerak ke ruang terbuka, seperti taman kota, hingga situasi kondusif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar