Menyimak penampilan Srimulat seolah tak ada habisnya. Terbukti meski pernah tayang di Kick Andy, pemirsa begitu antusias untuk menampilkan kembali legenda grup pengocok perut ini. Maka, kali ini kami pun akan menayangkan ulang episode Mati Ketawa Ala Srimulat. Namun, Jangan khawatir di sini tidak ada adegan pengulangan. Kami akan menampilkan grup lawak asal Solo Jawa Tengah ini benar-benar versi baru yakni adegan yang tidak sempat kami tayangkan pada episode sebelumnya karena alasan durasi. Jadi, kami jamin Anda akan terpingkal-pingkal menyaksikan episode versi baru ini. Keberadaan grup lawak Srimulatpada era tahun 1970 – 1985 begitu melegenda. Bahkan kala itu bisa dikatakan panggung Srimulat merupakan satu-satunya acara yang bisa mengalahkan hiburan audio visual, baik itu televisi maupun film layar lebar. Penampilan Srimulat baik di layar kaca maupun di atas pentas selalu ditunggu masyarakat. Tidak jarang ketika awak Srimulat ini sedang pentas, deretan mobil parkir berjajar di Taman Ria Senayan Jakarta tempat para pengocok perut itu pentas.
Walau sudah lama tidak pentas, kemampuan Tessy, Kadir, Polo, Mamiek Prakoso, Nunung, Tarzan dan Djujuk, dalam melawak tetap sangat prima. Selama hampir dua jam tampil di Kick Andy penonton bergeming, tidak beranjak dari tempat duduk. Penonton di studio pun dibuat terpingkal-pingkal dengan lawakan-lawakan mereka yang khas. Di Kick Andy beberapa awak Srimulat sempat curhat. Tessy misalnya, sejak dicekal Komisi Penyiaran Indonesia, KPI, hampir tidak pernah lagi tampil di televisi. “KPI itu telah mematikan mata-pencaharian saya” katanya serius. Akibatnya Tessy yang selalu tampil dengan memerankan seorang wanita ini kini beralih bermain di layar lebar.
Sementara Polo mengaku menyesal ketika sedang jaya-jayanya tersandung masalah narkoba. Bahkan dua kali pelawak yang senang memerankan seorang bos perlente yang tengil ini tersangkut masalah barang haram tersebut. “ Yah, memang ada saja sandungan atau godaan waktu itu”, sesal bapak satu anak ini. Sekarang Polo mengaku lebih berhati-hati dalam menjalani hidup.
Sebenarnya bagaimana awal mula kelompok kesenian tradisional ini? Keberadaan grup lawak Srimulat ini bermula dari seorang wanita bernama Raden Ayu Srimulat. Wanita kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 7 Mei 1908 yang masih keturunan ningrat ini mempunyai bakat luar biasa di bidang kesenian. Srimulat yang masih remaja kala itu meninggalkan rumahnya yaitu komplek kawedanan untuk bergabung dengan grup kesenian seperti, kethoprak, wayang orang dan musik kroncong. Ia meninggalkan tembok kawedanan untuk mencari kebebasan berekspresi sebagai sripanggung. Srimulat pun akhirnya dikenal sebagai seniwati yang mumpuni dan dikenal luas.
Dalam perjalanan hidupnya, Srimulat yang janda dan berusia 39 tahun bertemu seorang pemuda pengagumnya, Teguh Slamet Rahardjo. Teguh yang masih berusia 21 tahun kala itu sangat piawai memainkan alat musik yaitu saxophone. Mereka berdua kemudian membentuk kelompok musik keroncong Avond dan kemudian berganti nama menjadi Gema Srimulat. Seiring dengan perjalanan waktu, Teguh kemudian menyelipkan show musik kelilingnya itu dengan lawak.
Walau panggung Srimulat kini telah tiada, mereka telah meninggalkan ilmu yang sangat penting, terutama dunia kesenian lawak. Sudah tak terhitung sejumlah pelawak yang terinspirasi Srimulat dan masih terkenal hingga sekarang. Sebut saja Thukul Arwana, Mi’ing Bagito dan Eko DJ. Mereka mengakui sangat terinspirasi oleh Srimulat. ( end )
sumber: kickandy.com
Walau sudah lama tidak pentas, kemampuan Tessy, Kadir, Polo, Mamiek Prakoso, Nunung, Tarzan dan Djujuk, dalam melawak tetap sangat prima. Selama hampir dua jam tampil di Kick Andy penonton bergeming, tidak beranjak dari tempat duduk. Penonton di studio pun dibuat terpingkal-pingkal dengan lawakan-lawakan mereka yang khas. Di Kick Andy beberapa awak Srimulat sempat curhat. Tessy misalnya, sejak dicekal Komisi Penyiaran Indonesia, KPI, hampir tidak pernah lagi tampil di televisi. “KPI itu telah mematikan mata-pencaharian saya” katanya serius. Akibatnya Tessy yang selalu tampil dengan memerankan seorang wanita ini kini beralih bermain di layar lebar.
Sementara Polo mengaku menyesal ketika sedang jaya-jayanya tersandung masalah narkoba. Bahkan dua kali pelawak yang senang memerankan seorang bos perlente yang tengil ini tersangkut masalah barang haram tersebut. “ Yah, memang ada saja sandungan atau godaan waktu itu”, sesal bapak satu anak ini. Sekarang Polo mengaku lebih berhati-hati dalam menjalani hidup.
Sebenarnya bagaimana awal mula kelompok kesenian tradisional ini? Keberadaan grup lawak Srimulat ini bermula dari seorang wanita bernama Raden Ayu Srimulat. Wanita kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 7 Mei 1908 yang masih keturunan ningrat ini mempunyai bakat luar biasa di bidang kesenian. Srimulat yang masih remaja kala itu meninggalkan rumahnya yaitu komplek kawedanan untuk bergabung dengan grup kesenian seperti, kethoprak, wayang orang dan musik kroncong. Ia meninggalkan tembok kawedanan untuk mencari kebebasan berekspresi sebagai sripanggung. Srimulat pun akhirnya dikenal sebagai seniwati yang mumpuni dan dikenal luas.
Dalam perjalanan hidupnya, Srimulat yang janda dan berusia 39 tahun bertemu seorang pemuda pengagumnya, Teguh Slamet Rahardjo. Teguh yang masih berusia 21 tahun kala itu sangat piawai memainkan alat musik yaitu saxophone. Mereka berdua kemudian membentuk kelompok musik keroncong Avond dan kemudian berganti nama menjadi Gema Srimulat. Seiring dengan perjalanan waktu, Teguh kemudian menyelipkan show musik kelilingnya itu dengan lawak.
Walau panggung Srimulat kini telah tiada, mereka telah meninggalkan ilmu yang sangat penting, terutama dunia kesenian lawak. Sudah tak terhitung sejumlah pelawak yang terinspirasi Srimulat dan masih terkenal hingga sekarang. Sebut saja Thukul Arwana, Mi’ing Bagito dan Eko DJ. Mereka mengakui sangat terinspirasi oleh Srimulat. ( end )
sumber: kickandy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar