17/06/11
Fosil Sapi Laut Purba Ditemukan di Filipina
VIVAnews - Sekelompok tim peneliti asal Italia menemukan tulang belulang seekor sapi laut, spesies yang hidup sekitar 20 juta tahun lalu. Tulang-tulang tersebut ditemukan di sebuah gua di Filipina.
Beberapa tulang rusuk dan bagian tulang punggung mamalia air itu ditemukan Februari dan Maret lalu di bebatuan kapur di atas perairan sebuah sungai bawah tanah di pulau Palawan.
“Fosil itu ada di dalam batu, di dalam gua. Kami tidak bisa menyingkirkan batu dan tidak ingin mengangkatnya,” kata Leonardo Piccini, geolog asal University of Florence, seperti dikutip dari Independent, 14 Juni 2011.
Piccini menyebutkan, ia dan timnya lebih memilih menunggu sampai adanya teknologi yang memungkinkan mempelajari fosil tanpa mengangkatnya dari batu.
Saat mengungkapkan temuannya dalam sembuah simposium, di mana pertama kalinya temuan itu dipublikasikan, Piccini menyebutkan, temuan langka itu berasal dari sekitar era Miocene yang berlangsung sekitar 20 juta tahun lalu.
“Kerangka ini merupakan kerangka hewan pertama dari spesies ini yang ditemukan di kawasan tersebut,” kata Piccini. “Untuk itu, sangatlah penting bagi kita merekonstruksi habitat dan penyebaran hewan ini di era Miocene,” ucapnya.
Menurut Federico Panti dan Paolo Forti yang juga anggota tim peneliti, dari perbandingan awal yang dilakukan terhadap spesimen fosil, terindikasi fosil imi merupakan salah satu dari dua spesies sirenia. Sebagai informasi, sirenia, dikenal juga dengan sapi laut, yakni hewan pemakan tumbuhan yang telah punah.
Diperkirakan, ketika hidup, hewan ini memiliki ukuran panjang sekitar 180 centimeter. Saat ini, ada dua spesies sapi laut yang masih hidup yakni dugong yang tinggal di kawasan Indo-Pacific, serta duyung, yang tinggal di kawasan Atlantik. Peneliti menyebutkan, fosil hewan seperti itu pernah ditemukan di India, Madagascar, Pakistan, Sri Lanka, dan di pulau Jawa, Indonesia.
“Spesies yang ditemukan di kepulauan Palawan merupakan yang pertama di Filipina dan ditemukan di kawasan paling timur,” kata Piccini.
Untuk itu, para peneliti mendorong pemerintah agar melindungi kawasan Puerto Princesa, sungai bawah tanah yang sangat gencar dipromosikan sebagai tempat tujuan wisata. (umi)
• VIVAnews
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar