
Berita kematian dua mahasiswa pecinta alam itu pun menjadi heboh. Gie yang kala itu terkenal sebagai penulis yang kritis dan pedas terhadap pemerintah karena kritikan-kritikannya, berita kematiannya menimbulkan banyak spekulasi. Kala itu berkembang kabar Gie tewas karena diracun oleh anggota intelijen. Dan, akibatnya Herman Lantang, sebagai ketua tim diperiksa petugas kepolisian.”Saya capek karena ditanya dengan pertanyaan yang sama berulang-ulang,” kata Herman Lantang mengenang. “Polisi tidak tahu hubungan kami itu adalah sahabat karib. Jadi, tidak mungkin kalau saya bertindak macam-macam,” ujar Herman berapi-api.
Keberanian Soe Hok Gie ternyata tidak hanya dalam hal mengkritik pemerintah era Presiden Soekarno atau Presiden Soeharto melalui tulisan saja. Ternyata Gie yang walau keturunan Tionghoa itu sangat berani ketika melakukan demonstrasi. “Pernah suatu ketika Soe Hok Gie menghadang panser yang keluar dari istana kepresidenan dengan tidur terlentang di jalan,” cerita Aristides Katoppo, sahabat diskusi Gie. Adegan tidur di jalan aspal itulah ternyata menjadi peristiwa yang fenomenal yang menjadikan Soe Hok Gie disegani berbagai kalangan.
Keberanian, kejujuran, dan kesetiakawanan Soe Hok Gie ternyata tidak hanya dirasakan oleh teman dan sahabat-sahabatnya saja. Para muridnya, Gie yang kala itu juga mengajar teman dan mahasiswa yunior, juga mengakuinya. Kenangan “adik-adik” Gie itu bahkan menuangkan tulisan dan menerbitkan kembali tulisan dan pemikiran Gie ke dalam sebuah buku. Tiga “adik-adik” Gie, Rudy Badil, Luki Sutrisno Bekti dan Nessy Luntungan telah menulis kembali kenangan 40 tahun lalu itu ke dalam sebuah buku “Soe Hok-gie…sekali lagi.
Kala itu banyak kalangan menilai Soe Hok-gie termasuk orang yang langka. Orang yang memikirkan orang lain tidak untuk diri sendiri.Dan, nampaknya ia tahu betul akan mati muda. Ini terungkap dari sebuah catatan hariannya…”Seorang filsuf Yunani pernah menulis…..nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tetapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda ( Soe Hok Gie 1942 – 1969 ).
sumber: kickandy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar